1Dari kata-kata yang mereka kisahkan ini, kalau mereka jujur, mereka akan mengetahui bahwa Isa 'alaihissalam sesungguhnya bukan Tuhan. Bahkan ia adalah seorang hamba yang butuh pertolongan Tuhannya. Al-Masih Versi Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Adalah salah satu kelompok yang memanfaatkan keyakinan akan munculnya Al-Masih. Alkitab menyatakan bahwa Yesus atau Nabi Isa meninggal di kayu salib. Dalil ini terdapat dalam empat Injil kanonik. Beliau disalib di bukit Golgota atau “bukit tengkorak’’ karena di bukit ini para penjahat dihukum mati oleh pemerintah Romawi. Agama Islam yang datang beberapa ratus tahun kemudian memiliki konsep yang sama sekali berbeda bahwa nabi Isa tidak disalib. Sebagian besar tradisi Islam, kecuali beberapa, secara kategoris menyangkal bahwa nabi Isa ditangkap dan meninggal secara fisik, baik di kayu salib atau dengan cara lain. Kayu salib. Image Pixabay Tradisi paling awal berasal dari keterangan Ibn Ishaq wafat tahun 761 AD yang menjelaskan mengenai kejadian menjelang penyaliban, catatan pertama menyatakan bahwa nabi Isa digantikan oleh seseorang yang bernama Sergius, adapun catatan kedua melaporkan tentang makam nabi Isa terletak di Madinah. Ibn Kathir wafat tahun 1373 AD mengikuti tradisi yang menyatakan bahwa penyaliban memang terjadi, namun bukan terhadap nabi Isa. Setelah kejadian tersebut, Ibn Kathir melaporkan bahwa orang-orang dibagi menjadi tiga kelompok; kelompok pertama adalah kaum Yakub percaya bahwa 'Tuhan tetap bersama kita selama Dia menghendakinya dan kemudian Dia naik ke Surga;' kelompok kedua adalah kaum Nestor percaya bahwa 'Anak Allah menyertai kita selama dia berkehendak sampai Tuhan membangkitkan dia ke surga;' adapun kelompok ketiga adalah umat Muslim percaya bahwa; 'Hamba dan utusan Allah, Isa, tinggal bersama kita selama kehendak Tuhan sampai Tuhan membangkitkan dia kepada diri-Nya sendiri.' Al-Qur’an menjelaskan hal ini dalam ayat berikut Ingatlah, ketika Allah mengatakan "Hai Isa putra Maryam, 
 ingatlah di waktu Aku menghalangi Bani Israil dari keinginan mereka membunuh kamu di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata". [Surat Al-Ma'idah Ayat 110] Kata كَفَفْŰȘُ atau “menghalangi” memiliki makna restrained. Adapun yang dimaksud dengan restrain adalah mengendalikan tindakan atau perilaku secara paksa, terutama untuk menghentikan mereka melakukan sesuatu – menurut cambridge dictionary. Restrain bisa juga bermakna mencegah seseorang melakukan sesuatu; Tetap terkendali atau dalam batasan – menurut oxford dictionary. Tetapi bagaimana sebenarnya mekanisme كَفَفْŰȘُ atau “menghalangi” itu terjadi? Al-Qur’an menjelaskan dalam ayat berikut Tetapi yang sebenarnya, Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Surat An-Nisa' Ayat 158] Kata Ű±ÙŽÙÙŽŰčَهُ atau “mengangkat” menurut tata bahasa adalah raise. Menurut oxford dictionaries, raise yaitu mengangkat atau memindahkan suatu obyek ke tempat atau posisi yang lebih tinggi. Kata “mengangkat” dalam hal ini adalah makna sebenarnya, bukan makna kiasan. Hal ini menepis spekulasi bahwa nabi Isa ditangkap, disiksa, kemudian dihukum di tiang salib. Karena jika demikian, maka ayat ini menjadi tidak ada artinya. Ilustrasi nabi Isa bersama para murid. Image Wikimedia Dalam sebuah Alkitab berusia tahun terdapat keterangan bahwa Yesus adalah manusia biasa dan tidak pernah disalib. Alkitab yang dikenal sebagai Injil Barnabas tersebut ditulis dengan menggunakan bahasa Aram, berisi perkataan Yesus sebagai berikut “Aku mengaku di hadapan langit dan bersaksi untuk menyaksikan segala sesuatu yang ada di bumi, bahwa aku adalah orang asing bagi semua orang yang telah mengatakan bahwa aku lebih dari hanya sekedar manusia. Karena aku ini seorang laki-laki, lahir dari seorang wanita, tunduk pada penghakiman Allah; Yang tinggal di sini seperti orang lain, tunduk pada kesengsaraan yang umum.” Al-Qur’an menjelaskan hal ini dalam ayat berikut Dan karena ucapan mereka "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka ... [Surat An-Nisa' Ayat 157] Alkitab berusia tua tersebut juga menyatakan bahwa Yudas Iskariot sebagai orang yang mati di kayu salib dan bukan Yesus. Injil ini mungkin tidak sah dan tidak diakui oleh Gereja. Tetapi bukan itu yang hendak ditekankan disini. Adanya “Injil alternatif” membuktikan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani sebelum datangnya agama Islam tidak semuanya sepakat bahwa nabi Isa tertangkap dan dihukum mati di kayu salib. ... Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang pembunuhan Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. [Surat An-Nisa' Ayat 157] Selain injil Barnabas, ada Injil lain Injil Basilides yang juga berpendapat bahwa nabi Isa digantikan oleh orang lain ketika proses penyaliban. Orang yang membawa salib kayu itu bernama Simon dari Kirene. Basilides sendiri mengajar di kota Alexandria Mesir pada tahun 117-138 AD. Sama seperti Injil Barnabas, apa yang disampaikan di dalam Injil Basilides dianggap tidak sah dan tidak sesuai dengan versi resmi yang telah disepakati. Di dalam Injil Basilides menyebutkan keterangan sebagai berikut “Dia muncul di bumi sebagai manusia dan melakukan mukjizat. Dengan demikian dia sendiri tidak menderita. Sebaliknya, Simon dari Kirene terpaksa membawa salibnya untuknya. Dialah yang menyimpang dan disalibkan secara keliru, diubah rupa olehnya, sehingga dia dianggap sebagai Yesus. Selain itu, Yesus secara fisik menyerupai Simon, dan berdiri sambil menertawakan mereka.” Sebagai penutup, mayoritas umat Islam berpendapat bahwa nabi Isa atau Yesus tidak ditangkap dan tidak pula disalib. Peristiwa penyaliban memang terjadi tetapi yang disalib adalah orang lain. Hanya saja terjadi perbedaan pendapat mengenai orang yang menggantikan nabi Isa. Injil Barnabas mengatakan bahwa orang tersebut adalah Yudas Iskariot, salah satu murid Yesus yang berkhianat. Injil Basilides berpendapat bahwa yang menggantikan Yesus kemungkinan adalah Simon dari Kirene. Ibn Ishaq mengatakan bahwa orang itu bernama Sergius. Ibn-al-Athir mengatakan bahwa nabi Isa kemungkinan digantikan oleh orang lain bernama Natlianus. Wallaahu a’lam bishawaab. Untukdiketahui, 114 = 19 x 6. (19 adalah jumlah huruf pada kalimat Basmallah) Tiap surat dibuka dengan kalimat Basmallah, kecuali QS at-Taubah (surat ke 9), yang tidak dibuka dengan Basmallah, tapi dalam QS an-Naml (surat ke 27), Basmallah disebutkan 2 kali, yaitu pada ayat 30 yang bunyinya: "Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: ".Dengan menyebut nama Allah

Siapakah Yang Disalib Menggantikan Isa? - Di antara akidah yang wajib diyakini oleh umat Islam adalah bahwa Nabi Isa alaihissalam masih hidup dan saat ini beliau alaihissalam di langit. Kelak beliau akan turun menjelang hari Kiamat untuk memerangi Dajjal. Adapun orang Yahudi meyakini bahwa mereka telah membunuh Isa dan menganggap Isa kafir. Sementara orang Nasrani/Kristen berkeyakinan bahwa Isa disalib dan mati untuk menebus dosa umat manusia. Adapun akidah umat Islam, itulah yang benar. Allah Ta’ala mengangkat Isa ke langit, menyelamatkannya dari pembunuhan dan penyaliban orang-orang Yahudi. Tetapi yang sebenarnya, Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. An-Nisaa’ 158 Pada tulisan kali ini kita akan membahas mengenai siapa sebenarnya yang disalib menggantikan Isa alaihissalam. Apakah Yudas Iskariot yang menggantikan Isa? dan karena ucapan mereka "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang pembunuhan Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. An-Nisaa’ 157 Mengenai tafsir ayat di atas, terdapat riwayat yang shahih sampai Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma. Beliau menjelaskan, Ketika Allah hendak mengangkat Isa 'alaihissalam ke langit, beliau menemui para muridnya dan ketika itu di rumah ada 12 lelaki Hawariyyin. Kemudian 'Isa mengatakan, “Siapakah di antara kalian yang wajahnya digantikan seperti wajahku, lalu dia akan dibunuh menggantikan aku, dan dia akan mendapatkan surga yang derajatnya sama denganku. Lalu berdirilah seorang pemuda yang paling muda usianya, “Saya.” “Duduk.” Kata Nabi Isa 'alaihissalam. Nabi 'Isa 'alaihissalam mengulang lagi tawarannya, dan pemuda itu angkat tangan dan menyatakan “Saya.” Nabi Isa tetap menyuruhnya untuk duduk. Hingga berlangsung sampai 3 kali. Saat yang ketiga, pemuda ini angkat tangan, “Saya.” Lalu Nabi 'Isa mengatakan, “Baik, kamu orangnya.” Lalu dia diserupakan dengan 'Isa dan 'Isa diangkat melalui lubang angin yang ada di atap, menuju langit. Kemudian datanglah orang Yahudi yang mencarinya, mereka langsung menangkap manusia yang mirip itu, dan langsung membunuhnya, lalu mensalibnya. Tafsir Ibnu Katsir, 2/449. Ibnu Katsir rahimahullah berkomentar, Sanadnya shahih sampai Ibnu 'Abbas radhiyallahu anhuma. Demikian pula yang dijelaskan beberapa ulama salaf, bahwa Isa berkata ke mereka, Siapa yang bersedia wajahnya diserupakan dengan wajahku, lalu dia dibunuh menggantikanku dan balasannya dia akan menemaniku di surga.’ Tafsir Al-Quranul Adzhim karya Ibnu Katsir, 2/450. Dalil di atas menunjukkan bahwa yang menggantikan Isa bukanlah orang yang jahat dan berkhianat. Akan tetapi yang menggantikannya adalah salah seorang dari Hawariyyin, yakni murid-murid Isa yang setia. Mengenai siapa namanya tidak ada dalil sahih baik dari Al-Quran maupun hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Apakah Yudas Iskariot? Orang Kristen/Nasrani beranggapan Yudas. Akan tetapi Allahu a’lam. Tidak ada dalil sahih mengenai hal itu. Perlu kami ingatkan bahwa siapapun namanya dan siapapun dia yang menggantikan Isa, itu tidak akan menambah iman kaum muslimin. Jadi, kita tidak perlu mencari tahu namanya. Kendatipun ada penelitian sejarah yang mengungkapkan siapa yang menggantikan Isa, itu tidak akan berpengaruh apapun terhadap kita umat Islam. Semoga bermanfaat. Diselesaikan pada 6 Rabiul Akhir 1439 Hijriyah/24 Desember 2017 Masehi.

Darigaris ayah, leluhur Maryam sampai kepada Nabi Daud Alaihissalam. Sementara Hannah adalah adik dari istri Nabi Zakaria. Sehingga Maryam adalah keponakan Nabi Zakaria alahissalam. Bahkan saat Pandangan islam di Al-Qur’an tentang disalibnya nabi isa Itu tidak benar. Allah telah membantah hal tersebut dalam Al-Qur’an surah An-nisa’ 157. Menurut islam Apakah Nabi Isa di salib? Kita cukup menyebutkan bahwa dalam ajaran Islam, khususnya dalam Al-Qur’an, nabi Isa diangkat oleh Allah swt tidak dibunuh dan tidak pula disalib. Apakah Yesus atau Nabi Isa benar benar disalib? Dua ayat di atas dengan tegas menjelaskan bahwa Nabi Isa tidak dibunuh, tidak disalib, tapi Allah selamatkan jasad dan ruhnya, dengan Allah angkat ke langit. Apakah Nabi Isa as dibunuh dan disalib? Nabi Isa tidak disalibkan dan tidak pula dibunuh, tetapi Allah Swt. mengangkatnya dan akan turun lagi ke bumi untuk membunuh dajjal saat kiamat nanti. Siapa pengganti Nabi Isa yang disalib? Menurut tradisi Islam, Nabi Isa Yesus tidak dibunuh atau disalib. Al-Qur’an menerangkan dalam surat An Nisaa’157 bahwa Isa tidaklah dibunuh maupun disalib oleh orang-orang kafir. Adapun yang mereka salib adalah orang yang bentuk dan rupanya diserupakan oleh Allah seperti Isa, yaitu Yudas Iskariot. Siapa nabi yang disalib? Saat seorang berwajah Nabi Isa disalib hingga mati itu, Yahudi berkata dengan sombongnya “Sesungguhnya kami telah membunuh Isa putra Maryam, yaitu utusan Allah,” QS. An-Nisaa’ 157. Kenapa Nabi Isa Alaihissalam disalib? Seorang pengikut Nabi Isa, Yahudza al-Askharyuthi berkhianat dengan memberitahu tempat persembunyian Nabi Isa. Namun, Allah juga membuat tipu daya bagi orang-orang tersebut. Allah mengangkat Nabi Isa ke langit dan menggantikan dengan seseornag yang mirip dengan Nabi Isa. Orang itu lalu dibunuh dan disalib. Kenapa Islam tidak percaya Yesus disalib? Muslim tidak percaya Yesus adalah Tuhan bukan karena tidak ada pernyataan dalam Alkitab, tapi karena Al Qur’an dengan jelas mengatakan bahwa Yesus adalah salah satu Rasul Allah. Silahkan cek surah Maryam ayat 29–32. Apakah Yesus itu Yudas Iskariot? Yudas Iskariot merupakan satu dari 12 murid Tuhan Yesus . Dalam kelompok Yesus, ia menjabat sebagai bendahara. Namun, dirinya bukan bendahara yang baik karena kerap mencuri uang untuk kebutuhan pribadi. Apakah Nabi Isa dibunuh? Surat An-Nisa’ Ayat 157, Nabi Isa Tidak Dibunuh oleh Yahudi. Mengapa Yudas mengkhianati Nabi Isa AS? Yudas tergiur dengan hadiah yang dijanjikan raja romawi. spontan dia berkhianat pd Nabi Isa dan beritahu tempat persembunyian Nabi Isa pd pasukan romawi. Tetapi Allah mengangkat Nabi Isa ke langit, dan wajah Yudas diserupakan oleh Allah dgn wajah Nabi Isa. Siapa yang digantung di salib? Yesus digantungkan pada kayu salib dengan dipaku kedua tangan dan kaki-Nya. Ia mulai digantung di salib sejak sekitar pukul 9 pagi. Siapakah nama kedua orang yang disalibkan bersama Yesus? Jawaban orang yang disalib bersama yesus adalah dimas. dismas adalah salah seorang dari dua penjahat yang disalib kan di sebelah kiri dan sebelah kanan yesus. Apakah Yudas mengkhianati Nabi Isa? Yudas Iskariot yang disalib menggantikan Nabi Isa Membicarakan tentang pengkhianat dalam sejarah Islam, mayoritas orang pasti ingat akan kisah Yudas Iskariot yang mengkhianati Nabi Isa. Apa agama nabi Isa as? Nabi Ibrahim, Sulaiman, Yusuf, Isa dan nabi–nabi yang lain, semuanya beragama Islam. Mereka semua menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Siapakah Yudas Iskariot dalam Alkitab? Yudas Iskariot adalah seorang murid yang telah mengkhianati Yesus menurut catatan Alkitab. Di dalam Injil Yudas, perspektif yang dipakai untuk melihat Yudas Iskariot amat berbeda dari yang selama ini dikenal dari Alkitab. Apa yang terjadi jika Yesus tidak mati di kayu salib? Tanpa keselamatan Tuhan Yesus, kita semua manusia akan dihukum sampai mati oleh hukum karena gagal mematuhi hukum, jika keadaan terus berlanjut, seluruh umat manusia pada akhirnya akan runtuh di bawah hukum, dan makna Tuhan menciptaankan manusia akan hilang. References Pertanyaan Lainnya1Jelaskan Yang Perlu Diperhatikan Pada Saat Menggiring Bola?2Jarak Interval Nada G Ke Nada F Adalah?3Lagu Rayuan Pulau Kelapa Dinyanyikan Dengan Tempo?4Lion Habitat Food Activity Characteristics?5Contoh Penyimpangan Sosial Yang Dilakukan Oleh Kelompok Adalah?6Langkah Langkah Menyusun Teks Iklan Slogan Dan Poster?7Setelah Praktik Tanam Paksa Dihapuskan Hal Yang Terjadi Adalah?8Pencernaan Protein Terjadi Pada Organ?9Bedakan Sistem Pembayaran Batch System Dan Wholesale Payment?10Dengan Apa Makanan Tradisional Disajikan Atau Dikemas? DalamQS Maryam/19:29-32, Allah SWT berfirman; Dalam kisah Nabi Isa yang tercantum dalam Alquran diceritakan bahwa beliau juga memiliki mukjizat sebagai berikut: Demikian adalah ulasan mengenai kisah Nabi Isa, yang bisa diambil hikmahnya oleh umat muslim dalam menjalankan kehidupannya terutama dalam beribadah. (Adelliarosa) 136 FOLLOW untuk mengikuti artikel-artikel mencerahkan Follow Us IslamLib – Apakah benar Yesus disalib atau tidak? Apakah penyaliban adalah kejadian yang secara historis pernah berlangsung? Umat Islam, selama ini, berkeyakinan bahwa Yesus atau Nabi Isa sama sekali tidak pernah disalib. Berbeda dengan pandangan yang dominan dalam kekristenan, umat Islam menolak penyaliban Yesus. Biasanya, dasar yang dipakai oleh umat Islam adalah sebuah penegasan dalam Quran sebagaimana tergambar dalam ayat no. 157 di Surah Al-Nisa’ surah ke-4. Ayat ini menegaskan bahwa Isa tidak pernah dibunuh dan disalibkan sebagaimana disangkakan oleh orang-orang Yahudi selama ini ingat Quran justru menyebut orang-orang Yahudi, bukan Kristen. Melainkan “diserupakan” wajahnya dengan wajah orang lain. Redaksi yang dipakai adalah “wa lakin syubbiha lahum.” Jika kita ikuti ayat-ayat yang ada sebelum atau setelah ayat no. 157 itu, akan tergambar sebuah konteks yang menarik. Konteks ayat ini sebetulnya bukanlah polemik atau debat antara pihak Islam dan Kristen. Memang ada “polemik” tersembunyi di sana, tetapi bukan diarahkan kepada pihak Kristen, melainkan Yahudi. LIKE untuk mengikuti artikel-artikel mencerahkan Konteks ayat itu adalah kritik terhadap orang-orang Yahudi yang melakukan banyak pembangkangan terhadap perintah Tuhan, melakukan pembunuhan atas nabi-nabi, dan mempersekusi Nabi Isa. Mereka menyangka telah membunuh nabi dari Nazaret itu, tetapi sebetulnya tidak. Mereka, menurut Quran, sejatinya tidak pernah membunuh dan menyalibkan Isa/Yesus, sebab yang mereka salibkan adalah “orang lain” yang serupa dengan dia. Jika kita telaah ungkapan “wa lakin syubbiha lahum” yang ada dalam ayat tadi, tidak dengan terang dan jelas ia menunjukkan bahwa proses penyaliban itu berlangsung melalui proses “dissimulasi” atau pengecohan dengan cara penyerupaan – ada orang lain yang serupa wajahnya dengan Yesus lalu disalibkan. Ayat itu tidak menjukkan dengan jelas pengertian semacam ini. Menurut saya, pengertian semacam ini datang dari para penafsir Muslim belakangan. Yang menarik, tidak ada keterangan dari Nabi Muhammad sendiri sebagai penerima wahyu mengenai makna ayat tersebut. Para sahabat Nabi, anehnya, juga tidak merasa perlu menanyakan perkara ini kepadanya. Ini semua sekaligus menambahkan suatu misteri yang menyelimuti ayat ini. Apa sebetulnya makna ayat itu? Kenapa tidak pernah menjadi soal yang perlu diklarifikasi oleh para sahabat? Apakah pada zaman Nabi perkara penyaliban Yesus dianggap sebagai “non-issue”, sebab tak ada komunitas Kristen yang cukup siginifikan di Madinah, tempat tinggal Nabi? Kemungkinan-kemungkinan semacam itu bisa saja terjadi. Tetapi, bagi saya, teka-teki tentang ayat penyaliban ini masih terus membuka banyak penafsiran. Para penafsir Quran sendiri mengajukan sejumlah kemungkinan penafsiran yang, menurut saya, hanya didasarkan pada spekulasi belaka. Kebingungan para penafsir Quran ini, jika mau diusut-usut, kembalinya kepada satu soal saja sebab tak ada “dalil naqli” dalil tradisional yang bersumber dari Quran atau sunnah/hadis yang memberikan keterangan apa sebetulnya makna ungkapan “wa lakin syubbiha lahum” dalam ayat di atas. Andai ada keterangan dari Nabi, atau Quran sendiri menjelaskan apa makna ungkapan itu, sudah tentu masalahnya akan selesai. Dalam Mafatih al-Ghaib karya Fakhr al-Din al-Razi w. 1209, karya tafsir yang banyak dibaca di kalangan sunni, terdapat diskusi yang menarik tentang perbedaan para penafsir klasik mengenai makna ayat ini, juga tentang sejumlah masalah yang dipicu olehnya. Salah satu masalah yang timbul dari ayat ini, menurut al-Razi, adalah kemungkinan hancurnya kepercayaan kita terhadap “al-mahsusat” hal-hal yang bisa diindera yang merupakan dasar dari pengetahuan manusia. Bagaimana ini terjadi? Penjelasannya adalah sebagai berikut. Jika kita membenarkan kemungkinan “penyerupaan” atau dissimulasi seperti diungkap dalam ayat itu, kita bisa kehilangan kepercayaan pada apapun yang kita lihat di dunia ini. Kita melihat teman kita bernama Budi, misalnya. Tetapi mungkin dia bukan Budi, melainkan orang lain yang wajahnya serupa dengan Budi. Jika ini diterus-teruskan, kita bisa mengatakan bahwa para sahabat melihat Nabi, tetapi yang mereka lihat sebetulnya bukan Nabi, melainkan orang lain yang wajahnya serupa dengan dia. Dengan kata lain, anggapan bahwa Yesus tidak disalibkan, melainkan Tuhan menaruh orang lain yang wajahnya serupa dengan dia, bisa membuka Kotak Pandora yang sangat berbahaya. Sebab kita bisa kehilangan kepercayaan kepada apapun yang dilihat oleh mata kita sendiri. Kita kehilangan pegangan terhadap dasar paling elementer dari pengetahuan manusia, yaitu al-mahsusat, hal-hal yang bisa diindera the sensible. Al-Razi mengatakan, pandangan semacam ini akan membuka apa yang ia sebut sebagai pintu “sophistry” fa-hadza yaftah bab al-safsathah Mafatih al-Ghaib, jilid ke-6, hal. 79. Apa yang dirujuk oleh al-Razi di sini adalah pandangan kaum Sofis dalam sejarah filsafat Yunani yang kita kenal dengan skeptisisme atau keraguan mereka terhadap pengetahuan-pengetahuan yang bersumber dari indera manusia. Bagi filsuf/teolog Muslim seperti al-Razi, sofisme semacam ini mengandung bahaya besar sebab menghancurkan salah satu dasar penting dalam agama, yaitu al-khabar al-mutawatir berita yang diceritakan banyak orang sehingga mustahil bohong. Dengan kata lain, penafsir Quran sendiri seperti al-Razi memiliki “misgiving” atau keragu-raguan terhadap pengertian ayat di atas. Tafsiran-tafsiran pihak Muslim yang dikutip oleh al-Razi, menurut saya, tidak cukup meyakinkan. Sejumlah tafsir itu saya kutipkan di sini. Kemungkinan pertama Saat orang-orang Yahudi hendak membunuh Yesus, Tuhan segera mengangkat dan menerbangkannya ke langit. Takut karena kegagalan membunuh dan menyalib Yesus akan menimbulkan protes dari kaum awam, para elit Yahudi bersekongkol untuk membunuh seseorang secara random, lalu mereka katakan bahwa orang itu adalah Yesus. Sebab, kebanyakan orang awam Yahudi tidak tahu wajah Yesus secara persis. Komentar saya atas tafsiran semacam ini Ini hanyalah spekulasi yang tanpa dasar. Anggapan orang-orang awam Yahudi di Jerusalem tak mengenal wajah Yesus jelas tak masuk akal. Nyaris mustahil membayangkan tak ada satupun yang tidak mengenali wajah Yesus sementara dia menjadi berita besar di Yerusalem karena telah menimbulkan “kekacauan” di Bait Allah. Kemungkinan kedua seperti dituturkan oleh al-Razi Saat orang-orang Yahudi mengetahui bahwa Yesus berada di sebuah rumah mungkin yang dimaksud adalah Taman Getsemani?, mereka mengutus seseorang bernama Titaeus ? untuk mejemputnya, menyeretnya keluar, dan membunuhnya. Saat itulah, Tuhan turun tangan dengan mengangkat Yesus, mengeluarkannya dari rumah itu lewat atap, dan menaruh orang lain yang mirip dia sebagai pengganti. Komentar saya Jika kemungkinan ini kita terima, tentu dia akan bertabrakan dengan keterangan al-Razi sebelumnya tentang ketidak-mungkinan skenario dissimulasi, sebab hal itu akan menghancurkan sendi-sendi pengetahuan kita, seperti sudah diutarakan oleh al-Razi sebelumnya. Yang menarik, jika kita baca tafsir-tafsir klasik, sangat kentara bahwa para penafsir Quran merasa tidak perlu mengkonfirmasi soal ini terhadap sumber-sumber Kristen atau non-Kristen. Peristiwa penyaliban Yesus secara historis memang tarjadi dan sulit ditolak. Salah satu sumber non-Kristen yang mengkonfirmasi peristiwa ini adalah kesaksian sejarawan Yahudi Yosephus dalam karyanya yang terkenal, Jewish Antiquities. Agak aneh bahwa penafsir Quran ini masuk ke wilayah sejarah penyaliban Yesus tetapi tidak merujuk kepada sumber-sumber di luar Islam, minimal sumber Kristen. Sementara pihak Islam sendiri tidak memiliki sumber sejarah yang “otonom”. Ini sama saja dengan seorang di luar Islam yang menulis sejarah tentang Nabi Muhammad tapi sama sekali tidak merujuk sumber-sumber Islam. Akibatnya, yang kita lihat adalah sejumlah spekulasi tak berdasar seperti yang kita baca dalam tafsir-tafsir klasik seperti karya al-Razi itu. Yang menarik, al-Razi menyebutkan sebuah data tentang penafsiran kelompok Nestorian mengenai penyaliban Yesus ini. Nestorianisme adalah sekte Kristen yang banyak berkembang di kawasan Arab dan berpusat di Persia. Sekte ini dinyatakan sesat melalui Konsili Efesus yang pertama pada 431. Kelompok Nestorian mengajukan sebuah penafsiran berikut yang dibunuh dan disalibkan adalah tubuh Yesus sebagai manusia, bukan Yesus yang mengandung dimensi atau unsur ketuhanan. Al-Razi mengulas panjang lebar pandangan ini yang mengesankan pada saya bahwa seolah-olah dia memberikan persetujuan, atau sekurang-kurangnya simpati pada pandangan ini. Saya memiliki tafsiran sendiri atas ayat mengenai penyaliban Yesus ini. Tesis yang saya ikuti ialah sebagai berikut Apa yang disebut sebagai kristologi atau pandangan Quran tentang Kristen termasuk tentang Yesus tidaklah datang dari ruang kosong. Kristologi Quran pada dasarnya hanyalah semacam seleksi terhadap pandangan-pandangan teologis yang sudah ada dalam Kristen. Quran hanya memihak salah satu pendapat sekte tertentu yang ia anggap cocok dengan wawasan teologisnya. Quran tak membawa “pendapat” yang baru sama sekali. Sebagaimana kita tahu, apa yang disebut sebagai doktrin Kristen ortodoks doktrin yang pakem dan dianggap benar seperti dirumuskan dalam sejumlah konsili awal dulu konsili sidang para uskup “sedunia” untuk membahas masalah-masalah doktrinal; semacam forum Bahsul Masa’il-nya Nahdlatul Ulama, bukanlah doktrin yang muncul mendadak, tetapi lahir secara gradual. Pada abad ke-2 dan ke-3, Kristen yang masih dalam masa pertumbuhan menyaksikan banyak sekali perdebatan dan perpecahan internal di sekitar soal-soal doktrinal. Perpecahan ini terutama menyangkut hakekat ketuhanan dan kemanusiaan Yesus, serta bagaimana doktrin trinitas harus dipahami. Ini sama dengan kemunculan berbagai sekte dalam Islam sepeninggal Nabi Muhammad dulu. Masa-masa sebelum terbentuknya ortodoksi Sunni dan Syiah, masyarakat Islam menyaksikan perdebatan teologi yang keras dan menimbulkan sekte yang bermacam-macam. Sebagaimana dalam kasus Kristen, perpecahan dalam Islam juga terjadi pada masa-masa awal sebelum apa yang disebut ortodoksi baik Sunni atau Syiah terbentuk secara mapan. Salah satu sekte Kristen awal adalah kelompok yang disebut sekte Docetis. Sekte ini berpandangan bahwa “Sang Juruselamat itu tanpa kelahiran dan tanpa tubuh jasmani serta tanpa rupa dan hanya dalam penampakan Dia kelihatan seperti seorang manusia.” Baca Linwood Urban, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen [BPK Gunung Mulia, 2003], hal 93. Doketisme berasal dari kata Yunani dokesis yang artinya penampakan. Sekte ini berkeyakinan bahwa Yesus hanyalah dalam penampakannya saja memiliki tubuh manusia. Sekte Docetis adalah sekte sempalan dari sekte lain yang disebut Gnostisisme. Kelompok yang terakhir ini memiliki pandangan tentang dualitas tubuh dan roh. Mereka berkeyakinan bahwa tubuh manusia hanyalah bentuk yang maya, penjara bagi roh manusia. Baik kelompok Docetis maupun Gnostik berkembang pada abad ke-2 Masehi pada saat Kristen masih dalam fase pertumbuhan. Dalam pandangan saya, sejarah pertikaian sektarian dalam Kristen awal ini bisa menjelaskan sejumlah “misteri” mengenai kristologi Quran. Penolakan Quran terhadap penyaliban Yesus dan pandangannya bahwa telah terjadi proses “tasybih” atau penyerupaan dissimulation mengingatkan kita pada pandangan sekte Docetis ini. Sekte-sekte Kristen yang dianggap “sesat” memang banyak berkembang di kawasan Timur, termasuk di daerah Arab. Sangat mungkin bahwa pandangan Muhammad mengenai penyaliban Yesus sebagaimana direkam dalam QS 4157 itu dipengaruhi oleh sekte Docetis tersebut. Ungkapan “wa lakin syubbiha lahum” menjadi terang benderang jika dipahami melalui pandangan sekte Docetis yang dianggap sesat oleh gereja utama ini. Makna ayat itu, dengan demikian, menjadi demikian mereka orang-orang Yahudi tidak membunuh dan menyalibkan Yesus, melainkan mereka hanya membunuh tubuh penampakan dokesis Yesus yang mirip dengan dia. Ini mengkonfirmasi tesis saya di atas kristologi Quran tidak membawa hal baru, melainkan hanya menyeleksi satu pandangan di antara sekian pandangan yang ada dalam pemikiran teologi Kristen. Dalam hal penyaliban Yesus ini, Quran memilih menyeleksi pandangan sekte Docetis sebagai pandangan teologis yang lebih sesuai dengan wawasan yang dianut Quran. Meskipun, sekali lagi, pandangan sekte ini dipandang sebagai bidaah atau sesat oleh gereja mainstream.[] Kisah dakwah Nabi Isa tentu saja menghadapi tantangan yang berat pula. Dakwah beliau tidak berbeda dengan dakwah para nabi dan rasul yang lain, yaitu mengajak manusia untuk beriman dan beribadah hanya kepada Allah 'Azza wa Jalla. Hanya saja, Nabi Isa 'alaihissalam diutus khusus kepada Bani Israil. Peristiwa penyaliban Nabi Isa memiliki banyak penafsiran dan pendapat. Umat Islam umumnya berpendapat bahwa Nabi Isa tidak terbunuh dan tidak disalibkan tetapi langsung diangkat ke atas langit dan akan turun di akhir zaman. Sementara umat Kristiani berpendapat bahwa Nabi Isa Yesus disalibkan dan wafat, tetapi hidup kembali dan pergi ke langit dan duduk di sebelah kanan sang Bapak, beliau juga dianggap Tuhan dan di akhir zaman ia akan turun kembali ke dunia untuk menghakimi manusia. Muslim Ahmadi percaya bahwa Nabi Isa tidak diangkat ke langit melainkan selamat dari penyaliban karena ia diturunkan dari salib dalam keadaan tidak sadarkan diri – bukan kematian. Berikut beberapa fakta bahwa Nabi Isa selamat dari Penyaliban. Tanda Nabi YunusKeselamatan – Bukan KebangkitanDoa di Taman GetsemaniTuhan Menerima Doa Nabi IsaRencana PilatusPilatus Meyakini Yesus tidak bersalahRencana untuk Menyelamatkan Nabi Isa asKaki yang Tidak PatahTerselamatkan dari Pukulan KerasDarah dan AirMayat tidak Mengeluarkan DarahMelanggar AturanDurasi SingkatKematian oleh Penyaliban Seharusnya Berlangsung Berhari-hariRamuan HerbalGaharu dan MurPenyangkalan Nabi IsaTerluka, tetapi Masih Hidup Tanda Nabi Yunus Nabi Isa as pernah menubuatkan bahwa beliau akan selamat seperti Nabi Yunus. Keselamatan – Bukan Kebangkitan Tanda-tanda Yunus yang tertulis di Injil “Maka atas perintah Tuhan seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.” Yunus 117 “Berdoalah Yunus kepada Tuhan, dari dalam perut ikan itu. Katanya Dalam kesusahanku aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawabku, dari kedalaman kubur aku berteriak, dan Engkau mendengarkan suaraku.” Yunus 21,2 Tanda yang diberikan kepada orang Niniwe oleh Nabi Yunus adalah beliau diselamatkan dari kematian. Beliau berada dalam kondisi kritis selama beberapa waktu, tapi akhirnya sembuh. Beliau masuk dalam perut ikan secara hidup, bertahan hidup berhari-hari, dan keluar juga secara hidup-hidup. Nasib yang sama telah dinubuatkan terhadap Nabi Isa as. Beliau akan memasuki makam hidup-hidup, tetap selama berhari-hari, dan keluar hidup-hidup. Jika Nabi Isa as wafat, maka tidak akan ada kemiripan dengan Yunus as. Kisah Nabi Yunus adalah cerita keselamatan – bukan kebangkitan. Doa di Taman Getsemani Nabi Isa as berdoa agar diselamatkan dari kematian di kayu salib. Ketika Nabi Isa as menyadari tidak ada cara untuk menghindari rencana licik orang Yahudi untuk menghukum beliau dengan disalib, Nabi Isa as berdoa dengan sungguh-sungguh untuk menghapus cawan kematian’ di kayu salib Markus 1436. Nabi Isa as memiliki keyakinan penuh bahwa doa-doanya di Taman Getsemani akan diterima karena beliau sendiri memberi tahu murid-muridnya “Jika engkau percaya, engkau akan menerima apapun yang engkau minta dalam doa” Matius 2122. “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,atau memberi ular, jika ia meminta ikan?” Matius 77-10 Tuhan Menerima Doa Nabi Isa Doa di Taman Getsemani adalah doa terpenting dan agung yang dipanjatkan oleh Nabi Isa as, dan digambarkan dengan sangat jelas di dalam Injil. Tidak mungkin doa semacam itu tidak mencapai singgasana Tuhan, terutama saat Nabi Isa as mengajarkan kepada murid-muridnya tentang kekuatan doa. Tidak perlu diragukan, Injil pun memberi bukti bahwa doa Nabi Isa as diterima. Injil Lukas menyatakan bahwa malaikat datang dari Surga “menguatkan dia” Lukas 2243. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan telah mendengar ketulusan doa Nabi Isa as. Setelah berdoa di taman, Nabi Isa as ditangkap. Salah seorang pengikutnya menghunus pedang, memukul pelayan seorang imam besar dan memotong telinganya. Nabi Isa as dengan keras memarahi pengikutnya itu dan berkata “Orang-orang yang menggunakan pedang akan dibunuh oleh pedang. Tidakkah kamu sadar bahwa aku dapat meminta kepada Bapa-Ku agar ribuan malaikat melindungi kita, dan Dia akan akan dapat segera mengirim mereka?” Matius 26 52-53. Ini menunjukkan bahwa Nabi Isa as yakin sepenuhnya bahwa doanya akan diterima dan menyerahkan semua keadaan di tangan Tuhan, tanpa perlu untuk membela diri. Akhirnya, ketika kematian tampak dekat dan beliau menderita di kayu salib, beliau berseru “Eli Eli lama sabachthani” Ya Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Matius 27 45-46 karena Nabi Isa as tidak menyangka akan mengalami penderitaan seberat ini. Beliau sepenuhnya percaya bahwa doanya akan diterima. Rencana Pilatus Pilatus bersimpati, dan berencana untuk menyelamatkan Nabi Isa as. Pilatus Meyakini Yesus tidak bersalah Pernyataan penting dalam Perjanjian Baru adalah Pontius Pilatus meyakini bahwa Nabi Isa as tidak bersalah dan ia tidak ingin beliau dieksekusi. Salah satu yang mempengaruhinya adalah mimpi Istri Pilatus yang meyakinkannya bahwa Nabi Isa as tidak bersalah, dan pesan yang disampaikannya kepada Pilatus adalah “tinggalkan orang yang tidak bersalah itu” Matius 2719. Tetapi karena kerusuhan yang semakin memuncak, akhirnya Pilatus menyetujui permintaan orang-orang Yahudi supaya Nabi Isa as disalibkan. Namun dia kemudian meminta semangkuk air dan mencuci tangannya di depan orang banyak dan berseru “Saya tidak bertanggung jawab atas kematian orang ini! Itu urusan kalian!” Matius 2724. Rencana untuk Menyelamatkan Nabi Isa as Analisa terhadap Injil jelas menunjukkan bahwa Pilatus memiliki niat untuk menyelamatkan hidup Nabi Isa as dengan segala kemampuannya, sambil mencoba menaati prosedur hukuman sebagaimana diamanatkan oleh hukum Romawi. Tiga poin penting dapat dicatat Pilatus menetapkan hari penyaliban tepat sebelum hari Sabat, karena hukum Yahudi secara khusus melarang adanya tubuh yang digantung di kayu salib pada awal hari Sabat. Kematian di atas salib seharusnya tidak akan terjadi dalam waktu singkat selama 6 jam. Ketika tiba saatnya untuk menurunkan Nabi Isa as dan dua orang lainnya dari kayu salib, orang-orang Yahudi meminta Pilatus untuk mematahkan kaki Yesus Yohanes 1931. Namun perwira yang bertindak atas perintah Pilatus tidak mematahkan kaki Yesus Yohanes 1933. Karena ia telah mengambil langkah-langkah pencegahan ini, ia terkejut ketika diberitahu bahwa Yesus “sudah mati” Markus 1544. Dalam hukum Romawi, seharusnya mayat yang sudah diturunkan dari kayu salib dan dibiarkan menjadi mangsa hewan dan membusuk oleh alam. Namun Pilatus mengizinkan sesuatu yang cukup menarik untuk dilakukan yang menyimpang dari aturan. Pilatus mengizinkan Nabi Isa as diberikan kepada sahabat-sahabatnya bukan kepada para musuh beliau. Kaki yang Tidak Patah Kami yang tidak dipatahkan akan mencegah kematian karena kesulitan pernapasan. Terselamatkan dari Pukulan Keras Setelah Nabi Isa as diduga mati’ di kayu salib seorang tentara Romawi membuat keputusan untuk tidak mematahkan kaki Nabi Isa as saat di kayu salib. Kejadian itu menggenapi nubuatan dan bukan tanpa makna. Injil Yohanes 1936 mengatakan bahwa Kitab Suci telah digenapi berdasarkan Mazmur 3420 – tulangnya tidak akan dipatahkan. Tentara Romawi tidak mau repot-repot mematahkan kaki Nabi Isa as untuk mempercepat kematian karena dia mengira Nabi Isa as sudah meninggal. Mematahkan kaki akan sangat menyiksa, karena trauma berat kehilangan darah dan syok hipovolemik karena mematahkan salah satu tulang besar di tubuh, tibia, di setiap kaki. Perhatian Alkitab untuk tidak mematahkan kaki hanya bisa bermakna jika tubuh itu masih hidup – sebaliknya menjadi tidak berarti jika Nabi Isa as dinyatakan sudah mati. Bacaan lebih lengkap dari Mazmur 34, ayat 19 dan 20 menggarisbawahi hal itu “Banyaklah penderitaan orang baik, tetapi TUHAN membebaskan dia dari semuanya. Tubuhnya tetap dijaga TUHAN, dari tulangnya tak satu pun dipatahkan.” Darah dan Air Semburan dari luka tombak sebagai tanda jantung yang masih berdetak. Mayat tidak Mengeluarkan Darah Sebuah informasi penting disebutkan dalam Injil Yohanes yang mendukung pandangan bahwa Nabi Isa as tidak mati di kayu salib “Seorang dari antara prajurit itu menikam sisi tubuh Yesus dengan tombak, dan segera menyembur keluar darah dan air.” Yohanes 1934 Darah yang menyembur keluar adalah pertanda sirkulasi darah yang masih bagus, saat tombak melukai arteri. Kata-kata semburan’ menyiratkan tekanan darah. Air’ kemungkinan merupakan cairan pleura, yang ada di antara tulang rusuk dan paru-paru. Karena mayat tidak mengeluarkan darah, ayat yang dikutip tersebut menjadi masalah setidaknya bagi seorang Bapa Gereja, Origen. Dalam menafsirkan Yohanes 1934, dia mengakui bahwa umumnya darah membeku setelah kematian, namun aliran darah dalam kasus ini merupakan mukjizat dan karenanya tidak memerlukan penjelasan. Contra Celsus, oleh Origen, diterjemahkan oleh H. Chadwick, Cambridge U. Tombak yang ditusukkan ke sisi tubuh Nabi Isa as tidak dimaksudkan sebagai sebuah serangan untuk membunuh, namun untuk mencari indikasi kematian yang sebenarnya tidak akurat. Jika niatnya untuk membunuh, tentara tersebut seharusnya menikam bagian depan dada untuk melukai jantung. Bagaimanapun, jika seseorang tidak disalibkan untuk jangka waktu yang lama, kematiannya biasanya disebabkan karena patah kaki, seperti yang dilakukan terhadap orang yang disalib bersamaan dengan Nabi Isa as. Melanggar Aturan Kesaksian Injil yang harus digarisbawahi adalah tidak konsistennya tindakan seorang perwira Romawi yang ingin memastikan kematian Nabi Isa as. Di satu sisi, perwira tersebut melihat bahwa Nabi Isa as sudah mati’ sehingga dia tidak merasa perlu untuk mematahkan kakinya karena ada tuntutan orang-orang Yahudi untuk mempercepat kematian Nabi Isa as dengan menghancurkan tulang-tulangnya karena hari Sabat Yohanes 1931 yang merupakan protokol standar. Di sisi lain perwira itu menusuk sisi tubuh Nabi Isa as. Apakah ini dilakukan untuk menyebabkan kematian bila ia tidak yakin Nabi Isa as sudah mati? Jika demikian, mengapa dia tidak mematahkan kaki Nabi Isa as sesuai tata cara standar? Hal ini membuat kita berasumsi bahwa ada unsur simpati setidaknya dari beberapa orang Romawi, dimulai dari Pilatus dan menurunkan simpati tersebut melalui rantai komando. Dikatakan bahwa algojo Romawi adalah orang-orang yang dingin, brutal dan ahli dalam membunuh orang. Tetapi kita menjumpai beberapa ketidak-konsistenan dalam tindakan dari dokumen-dokumen tentang perwira itu, kita juga melihat rasa simpati dari seorang perwira romawi dan bahkan seorang pengikut setia Nabi Isa as, hal itu dapat kita ketahui dari perkataannya saat ia melihat pada salib di mana Nabi Isa as diduga meninggal “Sesungguhnya orang ini adalah Anak Tuhan” Markus 1539. Durasi Singkat Kematian di kayu salib seharusnya dilakukan berhari-hari, bukan berjam-jam. Kematian oleh Penyaliban Seharusnya Berlangsung Berhari-hari Ketika dugaan kematian Nabi Isa as sampai ke telinga Pilatus, dia terkejut saat mengetahui bahwa Nabi Isa as telah meninggal begitu cepat Markus 1544. Kesaksiannya sangat penting dalam pengungkapan kebenaran. Beliau nampaknya sosok yang memiliki lebih banyak pengetahuan di zamannya tentang sifat hukuman penyaliban karena mungkin mengatur banyak penyaliban semacam itu. Meskipun banyak rincian-rincian tentang penyaliban telah hilang saat berakhirnya Kekaisaran Romawi, terdapat banyak catatan yang menunjukkan bahwa hukuman penyaliban ini seharusnya memakan waktu setidaknya dua sampai tiga hari untuk membunuh seseorang. Sebagai contoh, ada sebuah kesaksian yang berasal dari sejarawan Flavius Josephus pada abad pertama masehi yang menggambarkan orang-orang yang selamat dari penyaliban. Seorang penulis, Plutarch sekitar tahun 75 masehi menyebutkan beberapa orang dapat bertahan sekitar sepuluh hari di atas kayu salib. New Bible Dictionary juga menyimpulkan berdasarkan fakta sejarah penyaliban bahwa “kematian dengan metode ini biasanya memakan waktu lama, beberapa kasus memakan waktu sampai 36 jam, dan kadang-kadang sampai sembilan hari” 1962 ed, Intervarsity Press, Page 282. Ramuan Herbal Untuk mengobati orang hidup – bukan untuk membalsem orang mati. Gaharu dan Mur Setelah penyaliban, tubuh Nabi Isa as diberikan kepada murid-muridnya, Yusuf Arimatea dan Nikodemus. Injil Yohanes mencatat bahwa Nikodemus membawa mur dan gaharu “sekitar tiga puluh kilogram” Yohanes 1939. Tanaman-tanaman ini, terutama gaharu digunakan sebagai obat dan dioleskan pada luka. Gaharu digunakan secara luas dalam banyak budaya kuno bahkan sampai hari ini untuk meringankan sakit pada luka luar. Tabib Romawi Pedanius Dioscrorides tahun 75 masehi merekomendasikan gaharu untuk luka dan gangguan kulit. Guru Alexander Agung, Aristoteles, membujuk Alexander Agung untuk menaklukkan pulau Socotra agar dapat memanen tanaman gaharu untuk merawat tentara yang terluka. Menariknya, buku teks pengobatan abad pertengahan dari daerah timur Persia, tahun 1025 berjudul Canon of Medicine oleh Avicenna menyebutkan salep yang disebut Marhami Isa Salep Yesus. Penyangkalan Nabi Isa Nabi Isa menyangkal dirinya sebagai penampakan roh, dengan memperlihatkan bekas luka dan meminta makanan. Terluka, tetapi Masih Hidup Setelah penyaliban, Nabi Isa as berada dalam perawatan para pengikut setia yang membawanya ke sebuah makam yang luas. Jika seorang selamat dari hukuman mati, kita akan berpikir bahwa orang seperti itu pasti memiliki bukti luka yang jelas di tubuhnya. Kita akan menduga ia diam dan menjauh dari tempat penyalibannya, karena bisa saja orang tersebut ketahuan oleh para tentara dan ditangkap kembali. Ketakutan akan ditunjukkan oleh para pengikutnya karena khawatir kepada tuan mereka. Kesaksian Injil dengan tepat mengarah pada kesimpulan ini. Nabi Isa as menunjukkan luka-lukanya kepada Thomas Yohanes 20 25-7, hal ini menunjukkan bahwa beliau tidak memiliki tubuh supranatural yang dapat hidup kembali, namun tubuh manusia yang penuh luka. Nabi Isa as buru-buru pergi jauh dari area tersebut dan memilih untuk hanya bertemu dengan pengikut terdekatnya “Berilah tahu saudara-saudaraku untuk pergi ke Galilea, dan mereka akan melihat aku di sana” Matius 2810. Para pengikut Nabi Isa as merasa ketakutan sampai-sampai mereka memutuskan untuk tidak memberitahu siapa pun tentang kemunculan Nabi Isa as dari makam Markus 16 8. Tidak sekali pun Nabi Isa as tampil di hadapan para penganiaya atau berjalan melalui pusat kota Yerusalem meminta orang-orang untuk menerimanya sebagai Almasih yang telah bangkit yang telah menebus dosa-dosa mereka. Faktanya Nabi Isa as hanyalah manusia dalam tubuh duniawi dengan daging dan tulangnya Lukas 2439 yang menderita rasa lapar Lukas 2441 dan bersembunyi dari perhatian banyak orang. Untuk meyakinkan murid-muridnya bahwa dia memiliki tubuh terluka yang sama, Nabi Isa as menunjukkan bahwa dia tidak pernah mati saat Tuhan menyelamatkan dia dari cobaan tersebut seperti Yunus keluar hidup-hidup dari perut ikan. lihat “Tanda Yunus” Sumber – Jesus – A Humble Prophet of GodPenerjemah Khaerani Adenan NabiIsa 'Alaihissalam Dalam Aqidah Umat Islam olehMuhammad Nurul Fahmi 17 September 2022 Waktu Baca: 13 menit 14 Daftar Isi Toggle Siapa itu Nabi Isa Bagaimana Kelahiran Beliau? Mukjizat Yang Diberikan kepada Beliau Ketika Bayi Kedudukan Nabi Isa 'alaihissalam Dalam Islam Dakwah Nabi Isa 'alaihissalam s0HlAN. 159 155 31 362 78 281 66 219 268

pandangan alquran tentang penyaliban nabi isa alaihissalam adalah